March 29, 2020

345 words 2 mins read

Leading in Crisis by Handry Satriago - CEO GE Indonesia (ID)

Leading in Crisis by Handry Satriago - CEO GE Indonesia (ID)

Situasi dunia di tengah serbuan Virus Corona dan dampak ekonominya (sekarang dan nanti), membuat saya teringat berbagai pengalaman saya dan pelajaran dari orang-orang lain yang mengajarkan saya tentang bagaimana leader menghadapi krisis.

Bukan mau mengajari siapa-siapa, tapi sharing pengalaman saja dan juga self reminder buat saya.

1. Leader dalam situasi krisis harus mulai dengan asumsi bahwa problem is worse than it appears. Sehingga langkah mengatasinya dan plan A, B, C, D nya kuat. Bukan untuk menjadi pesimis dan negative thinking, tapi realistis dan berhitung dengan cermat, sehingga aksinya jadi cepat dan tepat. Jangan menyepelekan sesuatu ketika krisis datang.

2. Be Transparent. Candid. Masalah harus diketahui dengan jelas dan disampaikan kepada followers/teamnya dengan transparan. Tidak terjadi panik kalau masalah disampaikan dengan kejelasan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengatasinya.

3. Ketika krisis datang, Leader harus muncul, show up! Show that we are the one who set the tone! tidak bisa di belakang layar dan meminta orang lain yang memimpin. Team penanganan bisa dan boleh dibentuk, tapi yang tampil dan berkomunikasi dengan followersnya haruslah leader itu sendiri.

4. Act with humility. Selalu siap belajar dan mendengarkan masukan. Jangan khawatir terlalu banyak mendengarkan nanti bingung mengambil keputusan. Leader yang baik pada akhirnya akan bisa memilah masukan dan kemudian memutuskan.

5. Lead with focus. Ambil keputusan, walaupun tidak populis. Komunikasikan rasionalitasnya. Eksekusi dengan tingkat monitoring yang tinggi. Selalu akan ada orang yg tidak senang, that’s ok, we cannot satisfy everybody, but it is our job to navigate the ship through the danger.

6. Be Creative dalam langkah-langkah mencari solusi. Hard time biasanya memberikan kemampuan think of the unthinkable. Pergunakan itu. Jangan jadikan doa dan harapan sebagai strategi. Doa perlu selalu dilakukan, harapan harus selalu dihidupkan, tapi itu bukan strategi mengatasi krisis.

7. Have resiliency, daya tahan dalam mengatasi krisis. Hantaman akan selalu datang dari kiri dan kanan. Fokus saja terhadap langkah yang dilakukan. Buang jauh jaim, baper, dan blaming others. Saat krisis tidak ada waktu untuk itu.

Begitulah. Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih!


Credits: